Vertebral Body Tethering, Terobosan Penanganan Skoliosis yang Mengikuti Pertumbuhan Anak

Liputan6.com, Jakarta Vertebral Body Tethering (VBT) adalah bedah minimal invasif untuk menangani skoliosis. Prosedur ini membantu meluruskan tulang belakang tanpa mengorbankan fleksibilitas dan ideal dilakukan pada anak serta remaja dalam masa pertumbuhan.

Dokter spesialis ortopedi konsultan spine RS Pondok Indah – Pondok Indah, Dr. dr. Didik Librianto, Sp. OT. (K), menjelaskan, masa tumbuh kembang anak merupakan periode yang sangat vital. Dimulai sejak lahir hingga memasuki usia remaja, fase yang mencakup aspek fisik, kognitif, dan emosional ini dapat berpengaruh terhadap kesehatan anak dan remaja dalam jangka panjang.

“Karenanya, orangtua memiliki peran penting dalam memantau proses tumbuh anak agar berjalan secara optimal. Tak jarang anak mengalami masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian khusus dari orangtua. Salah satunya adalah kondisi skoliosis,” kata Didik dalam keterangan pers dikutip Selasa (5/8/2025).

Ketika berbicara tentang skoliosis pada anak dan remaja, teknik terbaru VBT dinilai tengah menjadi sorotan di dunia medis. Metode ini tidak hanya efektif, tetapi juga memungkinkan pasien tetap bergerak aktif dan melanjutkan aktivitas sehari-hari tanpa kehilangan fleksibilitas tulang belakang.

“VBT merupakan prosedur bedah minimal invasif yang dirancang untuk memperbaiki skoliosis, yaitu kelainan berupa kelengkungan tulang belakang tanpa mengorbankan fleksibilitasnya. Berbeda dengan operasi konvensional, teknik ini memungkinkan tulang belakang anak dan remaja tetap tumbuh secara normal setelah tindakan operasi,” jelas Didik.

Seorang wanita memiliki payudara dengan ukuran K, ia terkena skoliosis ringan dan sedang mengumpulkan biaya untuk operasi

Proses Vertebral Body Tethering melibatkan pemasangan anchor (jangkar tulang) di sepanjang tulang belakang, yang kemudian dihubungkan dengan tali fleksibel atau tether.

Saat anak tumbuh, tali ini bekerja untuk menyesuaikan kelengkungan dan mempertahankan keseimbangan tubuh.

Teknik ini diperuntukkan pasien anak dan remaja dengan skoliosis idiopatik (skoliosis tanpa penyebab yang pasti) dengan sudut kelengkungan antara 25-65 derajat. VBT sangat efektif bagi mereka yang masih dalam masa pertumbuhan, di mana penggunaan brace saja tidak cukup untuk mencegah progresivitas skoliosis.

Teknik VBT bukan hanya mengoreksi kelengkungan, tetapi juga mencegah progresivitas skoliosis.

Dengan penggunaan tether yang fleksibel, tulang belakang dapat tumbuh selaras dan tidak kaku.

Selain itu, hasil tindakan ini bersifat permanen, sehingga pasien tidak perlu khawatir tentang kekambuhan skoliosis di masa depan.

“Dengan teknik VBT, pasien kini memiliki solusi yang tidak hanya efektif, tetapi juga memungkinkan pasien menjalani kehidupan aktif dan sehat tanpa batasan,” ucap Didik.

Teknik VBT menawarkan banyak keuntungan dibandingkan dengan metode operasi skoliosis konvensional.

Salah satu kelebihannya adalah mobilisasi dini, di mana pasien dapat bergerak lebih cepat pascaoperasi. Tulang belakang tetap fleksibel, sehingga pasien dapat kembali aktif tanpa merasa kaku.

Selain itu, VBT termasuk tindakan minimal invasif, sehingga risiko perdarahan lebih kecil, waktu rawat inap lebih singkat, dan pemulihan berlangsung lebih cepat.

VBT paling efektif dilakukan pada anak dan remaja yang masih dalam masa pertumbuhan dan memiliki kelengkungan tulang belakang di atas 25 derajat, tetapi belum mencapai kelengkungan 65 derajat.

Karena teknik ini bekerja dengan mengikuti pertumbuhan, semakin cepat prosedur dilakukan, maka semakin baik hasilnya. Konsultasi dengan dokter spesialis ortopedi konsultan spine sangat disarankan ketika sudut kelengkungan tulang belakang mencapai minimal 25 derajat. Hal ini penting untuk mencegah kelengkungan bertambah parah dan memastikan pasien mendapatkan penanganan tepat waktu.

Pemulihan setelah tindakan VBT terbilang cepat, hanya membutuhkan waktu sekitar 3-4 hari rawat inap. Risiko komplikasi juga minimal, sehingga pasien dapat kembali ke rutinitas sehari-hari tanpa hambatan.

Pascaoperasi, anak dapat melakukan berbagai aktivitas seperti membungkuk, melompat, atau bergerak ke samping tanpa merasakan nyeri. Bahkan, olahraga ringan tetap dapat dilakukan.