
Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO) buka suara soal adanya media asing yang menyoroti tingginya angka pengangguran di Indonesia. Terutama pengangguran orang dengan pendidikan tinggi atau yang pernah duduk di bangku kuliah.
Deputi II Bidang Diseminasi dan Media Informasi PCO Noudhy Valdryno mengatakan, Presiden Prabowo melalui program-programnya telah berupaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya.
Penciptaan lapangan pekerjaan ini disesuaikan dengan kualitas pekerjaan, berikut dengan kualitas dan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia.
“Tentunya dari program-program yang dibuat oleh pemerintah kualitas pekerjaannya juga dipastikan yang sesuai dengan keahlian dan kapasitas rekan-rekan kita, mau itu sarjana, lulusan teknik, ataupun apa pun,” kata Noudhy di Kantor Kementerian Ketenagakerjaan, Jakarta, Selasa (22/7).
Menurut dia, menyediakan lapangan pekerjaan seluas-luasnya memang merupakan tugas pemerintah.
Dia menyinggung upaya Prabowo membuat program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdes) Merah Putih, yang salah satu tujuannya adalah menyediakan lapangan pekerjaan dengan jumlah banyak.
Noudhy menuturkan, pemerintah berharap kedua program andalan Prabowo tersebut bisa menimbulkan multiplier effects di daerah dan tidak hanya tersentralisasi di kota-kota besar.
“Terjadi pembukaan lapangan kerja yang layak, yang kualitasnya baik dan akhirnya pendapatan semua rekan-rekan di seluruh Indonesia bisa terdistribusikan dengan baik di setiap daerah,” jelasnya.
Mengutip Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2024, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berdasarkan tingkat pendidikan Diploma IV, S1, S2, dan S3 adalah 6,23 persen, naik 0,60 persen dari Februari 2024 5,63 persen.

Sebelumnya media asing Aljazeera membuat artikel yang menyoroti banyaknya tenaga kerja muda di Indonesia yaitu sebanyak 44 juta, namun lapangan pekerjaan masih kurang.
Mengutip Al Jazeera, artikel tersebut mulanya menceritakan tentang sekarang pemuda yang tengah mencari kerja setelah dua tahun lulus dari perguruan tinggi, namanya Andreas Hutapea.
Andreas beberapa kali mendapatkan penolakan saat melamar pekerjaan, mulai dari gagal tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Selain itu, dia yang lulusan program studi hukum itu juga gagal tes magang calon jaksa karena permasalahan tinggi badan.
Pada akhirnya, Andreas memilih untuk pulang ke pinggiran kota Medan, Sumatra Utara dan melanjutkan usaha toko kelontong sederhana milik orang tuanya.
Al Jazeera juga menyebutkan Indonesia merupakan negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di Asia, dengan 16 persen dari 44 juta penduduk berusia 15-24 tahun tercatat menganggur.
Dalam survei yang diterbitkan oleh ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura pada Januari 2025, anak muda di Indonesia merasa pesimistis terhadap ekonomi dan pemerintah dibandingkan dengan anak muda di Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Vietnam.
Survei tersebut rata-rata pemuda yang optimistis terhadap ekonomi dan pemerintah di suatu negara mencapai 75 persen, sementara di Indonesia hanya 58 persen.