Liputan6.com, Jakarta Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang menjadi ancaman serius bagi masyarakat di wilayah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. DBD dikenal luas karena gejalanya yang menyerupai flu, namun bisa berkembang menjadi kondisi yang sangat berbahaya jika tidak segera ditangani dengan tepat.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, jumlah kasus DBD di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2024, tercatat lebih dari 114.000 kasus DBD dengan angka kematian hampir 900 jiwa. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai tanda-tanda dan penanganan DBD sangat penting untuk mengurangi dampak buruk penyakit ini.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami tanda-tanda awal DBD, tindakan yang harus diambil jika terinfeksi, serta langkah-langkah preventif yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan. Liputan6.com akan mengulas secara komprehensif tentang tanda-tanda DBD berdasarkan rujukan dari laman WHO, jurnal ilmiah, dan sumber resmi lainnya, Senin (28/7/2025).
Tanda-tanda DBD yang Perlu Diwaspadai
Infeksi dengue memiliki spektrum gejala yang luas, mulai dari tanpa gejala (asimptomatik) hingga demam berdarah yang parah dan dapat menyebabkan kematian. Menurut WHO (2024) dan jurnal ilmiah NCBI, gejala DBD biasanya muncul 4-10 hari setelah seseorang digigit nyamuk pembawa virus.
Beberapa gejala umum DBD meliputi:
- Demam tinggi mendadak (hingga 40°C)
- Nyeri kepala parah
- Nyeri di belakang mata
- Nyeri otot dan sendi (disebut juga "breakbone fever")
- Mual dan muntah
- Muncul ruam atau bintik merah di kulit
- Kelelahan
- Pembesaran kelenjar getah bening
Pada sebagian kasus, gejala bisa berkembang menjadi DBD parah (dengue hemorrhagic fever) yang ditandai dengan:
- Nyeri perut yang hebat
- Muntah terus-menerus
- Perdarahan (hidung, gusi, tinja hitam, muntah darah)
- Lelah atau lesu ekstrem
- Kulit pucat dan dingin
- Sulit bernapas
Menurut Continuing Education Activity (Schaefer et al.), penyakit ini juga melewati tiga fase: fase demam (febrile phase), fase kritis (critical phase), dan fase pemulihan (recovery phase). Penderita harus diawasi secara ketat terutama di fase kritis karena risiko kebocoran plasma, penurunan tekanan darah, dan kegagalan organ sangat tinggi.
Langkah yang Perlu Diambil Jika Mengalami Gejala DBD
Jika seseorang mengalami gejala DBD, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan untuk diagnosis lebih lanjut. Diagnosis DBD biasanya dilakukan dengan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar trombosit, hematokrit, dan leukosit, serta deteksi antigen NS1 atau PCR.
Menurut panduan WHO dan Kementerian Kesehatan Indonesia, berikut langkah penanganan yang dianjurkan:
- Istirahat total
- Konsumsi cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi (air putih, oralit, jus buah)
- Konsumsi parasetamol untuk mengatasi demam dan nyeri (hindari aspirin dan NSAID seperti ibuprofen karena dapat meningkatkan risiko perdarahan)
- Pantau tanda bahaya, seperti penurunan kesadaran, muntah terus-menerus, perdarahan, dan kesulitan bernapas
- Segera rawat inap jika muncul gejala berat seperti nyeri perut hebat, muntah darah, atau penurunan kesadaran
Perawatan intensif mungkin diperlukan pada kasus berat. Penanganan mencakup terapi cairan intravena (IV), transfusi darah jika perlu, dan pemantauan tanda vital secara berkala.
Cara Mencegah Penularan DBD
DBD tidak memiliki pengobatan antivirus khusus. Oleh karena itu, pencegahan menjadi langkah terbaik untuk menghindari infeksi. Menurut WHO dan CDC, pencegahan DBD dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan:
1. Pengendalian Vektor (Nyamuk Aedes)
- Menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat-tempat yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk
- Menaburkan larvasida pada tempat penyimpanan air
- Menggunakan kelambu atau kawat nyamuk pada jendela dan pintu
- Fogging pada area rawan kasus DBD
2. Perlindungan Diri
- Menggunakan pakaian lengan panjang dan celana panjang
- Mengoleskan lotion anti-nyamuk yang mengandung DEET atau icaridin
- Tidur menggunakan kelambu, terutama pada siang hari ketika nyamuk Aedes paling aktif
3. Vaksinasi
Vaksin dengue (CYD-TDV/Dengvaxia dan QDenga) tersedia di beberapa negara dan direkomendasikan untuk individu yang pernah terinfeksi dengue sebelumnya dan tinggal di daerah endemis. Namun, vaksinasi belum menjadi bagian dari program nasional di banyak negara, termasuk Indonesia.
4. Edukasi dan Partisipasi Masyarakat
Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama dalam edukasi dan program pemberantasan sarang nyamuk secara massal untuk meminimalkan risiko penyebaran virus dengue.
Sumber Rujukan:
- World Health Organization. (2024). Dengue and severe dengue. Retrieved from: www.who.int
- Schaefer, T.J., Panda, P.K., Wolford, R.W. (2023). Dengue Fever. In StatPearls. NCBI. Retrieved from: www.ncbi.nlm.nih.gov
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Data Kasus DBD Nasional.
- Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2023). Dengue Prevention and Control.
FAQ Seputar DBD
1. Apa perbedaan antara demam biasa dan demam berdarah?
Demam berdarah biasanya disertai nyeri hebat, bintik merah di kulit, dan penurunan trombosit. Sedangkan demam biasa tidak menunjukkan gejala perdarahan atau nyeri otot ekstrem.
Tidak. DBD menular melalui gigitan nyamuk Aedes yang sebelumnya menggigit penderita.
3. Kapan harus ke rumah sakit jika mengalami gejala DBD?
Jika demam tinggi disertai muntah terus-menerus, nyeri perut hebat, atau tanda perdarahan, segera ke rumah sakit.
4. Apakah anak-anak lebih berisiko terkena DBD?
Ya. Anak-anak, terutama di bawah 15 tahun, lebih rentan terkena DBD parah.
5. Apa yang harus dilakukan jika anggota keluarga terkena DBD?
Lindungi anggota keluarga lain dari gigitan nyamuk, beri cairan yang cukup pada pasien, dan pantau tanda-tanda bahaya.