Liputan6.com, Jakarta - Selama ini, upaya pencegahan malaria sebagian besar berfokus pada pembasmian nyamuk menggunakan insektisida. Namun, pendekatan tersebut dinilai belum cukup efektif. Para ilmuwan kini mulai mengembangkan strategi baru untuk menghentikan penyebaran penyakit ini.
Setiap tahunnya, malaria menyebabkan kematian sekitar 600.000 orang di seluruh dunia, dengan anak-anak sebagai kelompok yang paling terdampak. Penyakit ini disebabkan oleh parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk betina yang terinfeksi.
Menariknya, peneliti dari Amerika Serikat mengusulkan pendekatan yang berbeda. Bukan membunuh nyamuk, melainkan memberikan obat khusus kepada nyamuk guna membasmi parasit malaria yang ada di dalam tubuh mereka.
Dengan cara ini, diharapkan rantai penularan bisa diputus tanpa merusak ekosistem secara ekstrem.
Dilansir dari Mayo Clinic, malaria masih menjadi penyakit umum di wilayah beriklim tropis dan subtropis. Diperkirakan hampir 290 juta orang terinfeksi malaria setiap tahunnya.
Sebagai negara tropis, Indonesia termasuk dalam daftar negara endemis malaria. Mengutip data dari situs resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), jumlah kasus malaria di Indonesia mencapai 443.530 pada tahun 2024.
Penyebab dan Gejala Penyakit Malaria
Malaria disebabkan oleh parasit dengan sel tunggal dari kelompok genus plasmodium. Parasit ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang telah terinfeksi.
Proses menularnya parasit ini adalah ketika nyamuk yang telah terinfeksi parasit Malaria menggigit orang yang telah terinfeksi juga, kemudian nyamuk tersebut menggigit orang yang tidak terinfeksi, alhasil orang tersebut ikut terinfeksi oleh parasit ini.
Parasit Malaria yang masuk ke tubuh kemudian akan bergerak menuju hati hingga matang. Setelah parasit tersebut matang, mereka akan meninggalkan hati dan menginfeksi sel darah merah.
Pada saat inilah gejala malaria mulai muncul, gejala ini biasanya muncul beberapa minggu setelah tubuh terinfeksi.
Orang yang terinfeksi parasit malaria biasanya akan mengalami siklus "serangan". Pada masa ini, tubuh akan menggigil yang diikut gejala lain seperti demam tinggi, berkeringan, lalu suhu kembali normal.
Gejala-gejala yang muncul saat tubuh terinfeksi malaria, antara lain:
- Demam
- Panas dingin
- Perasaan tidak nyaman di tubuh
- Sakit kepala
- Mual dan muntah
- Diare
- Sakit Perut
- Nyeri otot atau sendi
- Kelelahan
- Pernapasan cepat
- Detak jantung cepat
- Batuk
Di Beberapa Negara, Nyamuk Mulai Kebal dengan Insektisida
Saat ini obat-obat pencegahan dan kelambu berinsektisida telah didistribusikan dan menjadi program kesehatan dunia untuk melindungi masyarakat dari gigitan nyamuk penyebab malaria.
Dilansir dari BBC, tidur di bawah kelambu telah menjadi salah satu cara yang efektif untuk mencegah malaria, karena nyamuk sebagai penular utama virus malaria sendiri biasanya aktif pada malam hari.
Disebut efektif, karena kelambu memiliki fungsi proteksi ganda, sebagai penghalang dan sebagai pembunuh nyamuk dengan kandungan insektisida dalam lapisannya. Namun, cara ini sudah tidak lagi efektif, sebab di beberapa negara nyamuk telah menjadi kebal terhadap zat kimia kandungan insektisida.
Kondisi ini mendorong para peneliti untuk membuat suatu inovasi yang efektif untuk menghentikan penyebaran Malaria.
"Kita belum pernah benar-benar mencoba membunuh parasit malaria langsung di dalam tubuh nyamuk sebelumnya, karena selama ini kita hanya fokus membunuh nyamuknya," kata peneliti dari Harvard, Alexandra Probst.
Cara Baru Mencegah Malaria
Upaya mendesak perlu dilakukan melihat fakta bahwa nyamuk telah kebal terhadap obat utama.
Dikutip dari BBC, para peneliti telah menganalisis DNA yang terkandung dalam parasit malaria, dengan tujuan mencari titik lemah parasit malaria ketika berada dalam tubuh nyamuk.
Para peneliti telah menyeleksi banyak obat dan mempersempitnya menjadi 22 jenit obat. Obat-obat ini kemudian diuji pada nyamuk betina yang diberi makan darah yang terinfeksi parasit malaria.
Melalui artikel mereka yang dipublikasikan dalam jurnal Nature, para ilmuwan menemukan dua jenis obat yang efektif membunuh parasit malaria dengan persentase keberhasilan 100 persen. Obat ini telah diuji dengan bahan yang mirip dengan kelambu tidur.
Obat anti-malaria ini telah terbukti efektivitasnya melalui uji laboratorium. Menurut Probst, kecil kemungkinannya bagi parasit malaria bisa lolos dari perangkap obat ini.
Obat ini juga dapat bertahan di kelambu selama satu tahun dan berpotensi menjadi alternatif yang lebih murah dan tahan lama dibandingkan dengan insektisida, menurut para peneliti.
"Bahkan, jika nyamuk itu tetap hidup setelah menyentuh kelambu, parasit di dalam tubuhnya tetap mati, jadi dia tidak akan menularkan malaria," kata Probst.
"Saya pikir ini adalah pendekatan yang sangat menarik, karena ini benar-benar cara baru untuk menarget nyamuk secara langsung," lanjutnya.
Tahap selanjutnya untuk melihat efektivitas nyata obat anti-malaria ini adalah pengujian di Ethiopia. Dibutuhkan setidaknya 6 tahun waktu untuk menyelesaikan penelitian dan melihat apakah pendekatan ini akan benar-benar berhasil.
Harapan dari penelitian ini adalah, di masa depan kelambu akan memiliki proteksi ganda untuk menghentikan penyebaran parasit ini, yaitu dengan pemberian obat anti-malaria yang sedang dalam proses penelitian dan insektisida.
Dengan begitu, apabila salah satu pencegahan tidak berhasil, masih ada satu obat lain yang bisa melindungi.