Liputan6.com, Jakarta - Sebagai seorang ibu dari dua anak kecil, Tasya Kamila tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya terhadap bahaya demam berdarah dengue (DBD).
Tasya mengaku dengue adalah salah satu penyakit yang paling ia waspadai di rumah. Bagaimana tidak? DBD tidak hanya berbahaya, tapi juga bisa menyerang tanpa gejala jelas.
"Dengue itu salah satu penyakit yang paling saya khawatirkan. Bukan hanya karena bahayanya, tapi juga karena kita nggak pernah tahu kapan atau dari mana virus itu datang," ujar Tasya di acara “Science Heroes – Pahlawan Cilik Cegah DBD” baru-baru ini.
Menurut Tasya, banyak orang tua yang belum menyadari bahwa anak-anak justru kelompok paling rentan terhadap dampak serius dengue. "Kadang kita merasa sehat, padahal sebenarnya sedang terinfeksi dengue tanpa sadar. Dan, dalam kondisi seperti itu, kita bisa jadi sumber penularan bagi orang lain, termasuk anak kita sendiri," katanya.
Lebih lanjut, mantan penyanyi cilik yang hits lewat tembang Anak Gembala menyoroti data yang menunjukkan bahwa kasus kematian akibat dengue dalam tujuh tahun terakhir tertinggi terjadi pada anak-anak dan remaja umur 5 s.d 14 tahun.
"Ini bukan sekadar data kesehatan, ini soal nyawa anak-anak kita. Jangan sampai mereka kehilangan masa kecil hanya karena kita sebagai orang tua lalai mengambil langkah pencegahan," katanya.
Kasus Dengue di Indonesia Tinggi, Anak Jadi Korban
Tasya pun mengajak orang tua untuk lebih peduli dan proaktif. Mulai dari menjaga kebersihan rumah, menguras penampungan air secara berkala, memberi anak istirahat cukup, hingga mempertimbangkan upaya pencegahan yang lebih komprehensif seperti vaksinasi dengue.
"Menjaga anak dari penyakit itu bukan sekadar karena takut, tapi memang sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai orang tua. Kita harus cari tahu dan lakukan yang terbaik untuk melindungi mereka," ujarnya.
Kekhawatiran Tasya bukan tanpa alasan. Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menunjukkan bahwa selama tiga tahun terakhir, 2021 s.d 2024, kelompok umur 15 hingga 44 tahun paling banyak terinfeksi dengue.
Namun, tingkat kematian tertinggi justru terjadi pada anak-anak dan remaja.
Dokter: Dengue Bisa Menyerang Siapa Saja Sepanjang Tahun
Dokter Spesialis Anak Konsultan Neurologi, dr. Atilla Dewanti, SpA(K), yang juga hadir dalam kesempatan tersebut membenarkan bahwa dengue bisa menyerang siapa saja sepanjang tahun, bukan hanya saat musim hujan.
"Dengue itu bukan penyakit musiman. Virusnya bisa menyerang kapan saja dan gejalanya sering kali mirip flu, yaitu demam mendadak, sakit kepala, nyeri sendi, ruam, mual. Kalau tidak dikenali sejak awal, bisa berkembang menjadi dengue shock syndrome (DSS) yang bisa berujung fatal," kata dr. Atilla.
Dia, menambahkan, seseorang bisa terinfeksi dengue lebih dari sekali karena virus dengue memiliki empat serotipe (DENV-1 hingga DENV-4).
Infeksi kedua dan seterusnya justru berisiko lebih berat. Saat ini, belum ada obat khusus untuk menyembuhkan dengue, sehingga langkah pencegahan seperti 3M Plus dan vaksinasi menjadi sangat penting.
"Vaksinasi dengue kini sudah direkomendasikan bagi anak dan dewasa. Tapi tentu harus sesuai dosis yang dianjurkan dokter," pungkasnya.
Pentingnya Edukasi terkait Dengue
Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht menyatakan bahwa edukasi mengenai dengue merupakan bagian dari komitmen Takeda dalam melindungi kelompok paling rentan, khususnya anak-anak.
"Dalam rangka Hari Anak Nasional bertema ‘Anak Terlindungi, Indonesia Maju’, kami ingin mengingatkan bahwa setiap anak berhak tumbuh sehat dan aman dari penyakit yang bisa dicegah, seperti dengue," ujarnya.
Takeda, kata Andreas, terus berupaya menjadi mitra jangka panjang dalam upaya nasional mencegah dengue.
"Kami percaya, untuk capai target Nol Kematian Akibat Dengue 2030, kolaborasi seluruh pihak, termasuk orang tua, tenaga kesehatan, media, dan pemerintah, sangat penting. Edukasi seperti ini adalah langkah kecil menuju perubahan besar," pungkasnya.