Jakarta (ANTARA) - Tenaga Ahli Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Fithra Faisal menyatakan, dampak pengganda (multiplier effect) dari investasi, terutama terkait pembentukan modal tetap bruto (PMTB), membantu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,12 persen pada triwulan II 2025.
Ia menuturkan, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), PMTB tumbuh signifikan 6,99 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada triwulan II 2025, dibandingkan triwulan I yang hanya 2,12 persen yoy.
“Kalau kita bicara PMTB, itu bisa kita lihat bahwa kalau misalnya memang investasinya itu memiliki dampak pengganda yang kuat, maka dia juga bisa punya efek terhadap ekonomi. Jadi lumayan signifikan,” ujar Fithra Faisal di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan, peningkatan signifikan belanja investasi permesinan sebesar 25,3 persen yoy menjadi salah satu faktor kunci melonjaknya PMTB.
Baca juga: Menko sebut data belanja online tunjukkan tak ada pelemahan daya beli
Ia pun menilai investasi di sektor permesinan tersebut memberikan dampak langsung yang besar terhadap aktivitas ekonomi domestik.
“Belanja mesin itu investasinya naik 25,3 persen. Dan aktivitas belanja modal pemerintah juga meningkat 30,37 persen. Jadi bicara permesinan, kalau kita bandingkan dengan kuartal 2 tahun lalu, itu naik sekitar Rp50 triliun pembeliannya,” jelas Fithra, yang juga merupakan seorang ekonom.
Selain belanja modal pemerintah, ia menuturkan belanja permesinan juga banyak dilakukan oleh berbagai pelaku sektor industri strategis nasional, seperti PT PAL Indonesia dan PT Pindad (Persero).
“Ada beberapa industri-industri strategis seperti PAL, Pindad, itu yang juga memang beli alat-alat mesin dan segala macam, yang mana ini memang digunakan sebagai barang modal,” ucapnya.
Baca juga: Wamen minta BUMN masif belanja produk UMKM demi pemerataan ekonomi
Fithra menyampaikan komponen lain yang ikut menopang PMTB adalah sektor bangunan yang mengalami peningkatan belanja sekitar Rp65 triliun.
“Jadi, kalau dihitung memang tally (sesuai) sih, jadi nggak aneh karena juga dari sisi itu bisa kelihatan lah aktivitasnya (peningkatan ekonominya) dari mana,” katanya.
Ia pun menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi yang kuat tidak hanya terkait jumlah anggaran, tapi ketepatan penggunaannya.
“Jadi nggak mesti spending (belanja atau melakukan pengeluaran) yang sangat banyak sekali, tapi yang tepat sasaran, tepat guna itu bisa potensial menumbuhkan ekonomi,” imbuhnya.
Baca juga: Kementerian ESDM akan belanja modal dari AS untuk bangun kilang minyak
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.