
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kakao di dunia. Banyak negara yang menjadi langganan kakao dari Indonesia, seperti Malaysia, Jepang, Jerman, Singapura, dan Amerika Serikat.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor kakao dengan kode Harmonized System (HS) 1801 sejenis biji kakao utuh atau pecah, mentah atau digongseng selama empat tahun ke belakang juga relatif terus mengalami kenaikan hingga kini.
Ekspor kakao Indonesia periode Januari-April 2025 senilai USD 27.511.230 atau sekitar Rp 445,5 miliar (kurs Rp 16.194 per Dolar AS) dengan volume 2.953.927 ton.
Lalu pada tahun 2024, ekspor kakao senilai USD 80.605.077 dengan berat volume sebanyak 13.182.175 ton.
Nilai ekspor kakao pada tahun 2024 lebih besar dibanding tahun 2023 senilai USD 46.916.286, meski secara volume lebih rendah 14.451.051 ton.
Berikutnya pada tahun 2022 ekspor kakao mencapai USD 63.542.403 dengan total volume 24.501.982 ton. Nilai ekspor kakao tahun 2022 lebih tinggi dibanding periode sama pada tahun 2021 senilai USD 56.290.212 dengan berat volume 22.280.080 ton.
Banyuwangi Jadi Produsen Kakao Terbaik
Sebelumnya, Banyuwangi menjadi salah satu daerah penghasil kakao terbaik di dunia yang juga sudah melakukan ekspor. Kakao-kakao tersebut juga sudah dipamerkan lewat Festival Cokelat Banyuwangi.
Dikutip dari Antara, Senin (23/6), kakao Banyuwangi telah diekspor ke beberapa negara mulai dari Jepang, Gana, Swiss, dan Belanda. Kakao yang diekspor menurut Regional Head PTPN I Regional 5, Winarto, adalah kakao jenis bulk dan edel.
"Kakao jenis edel ini yang paling diminati ekspor, dan menjadi salah satu varian kakao terbaik dan termahal di dunia," ujar Winarto.
Salah satu sentra penghasil budidaya kakao di sana adalah perkebunan kakao Kendenglembu. Dari perkebunan itulah kakao lindak atau dikenal kakao bulk dan kakao mulia atau kakao edel diproduksi. Lebih lanjut Ia mengungkap kakao edel hanya bisa ditemui di Banyuwangi.
Saat ini, Winarno menjelaskan perkebunan kakao yang dikelola PTPN I Regional 5 di Banyuwangi memiliki luas lahan sekitar 220 hektare dengan 94 hektare kakao edel dan 126 hektare kakao bulk. PTPN juga akan melakukan pengembangan tahun depan.
"Tahun depan kami akan mengembangkan lagi perkebunan kakao seluas 80 hektare, dari yang sudah eksisting 220 hektare, sehingga totalnya nanti sekitar 300 hektare," kata Winarto.