Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti menepis hadirnya fenomena rombongan jarang beli atau Rojali dan rombongan hanya nanya atau Rohana, bukan disebabkan oleh penurunan daya beli.
Roro mengatakan perubahan perilaku berbelanja dari luring atau di toko fisik menjadi berbelanja daring melalui niaga elektronik (e-commerce) bukanlah hal baru dan konsumen memiliki karakter yang berbeda-beda.
"Memang cara kita berbelanja itu berubah, and there's nothing wrong with that (dan tidak ada yang salah dengan hal itu) sebetulnya, bahwasanya ternyata ada datanya juga," ujar Roro di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan, saat ini masyarakat datang ke pusat perbelanjaan hanya untuk menonton bioskop, mencari makan atau sekadar berkumpul dengan orang-orang terdekat.
Baca juga: Wamendag: Target transaksi di Festival Belanja HUT RI Rp23,32 triliun
Di sisi lain, ada juga tipe konsumen yang lebih memilih untuk berbelanja secara daring, apalagi saat ini banyak bermunculan platform niaga elektronik. Kementerian Perdagangan (Kemendag) pun terus mempelajari perubahan gaya hidup di konsumen.
Menurutnya, konsumen masih banyak yang berbelanja secara luring, khususnya saat periode Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru, dan libur sekolah.
"Karakter konsumen itu berbeda-beda, ada yang memang belanjanya langsung di mal, selagi makan mungkin, tapi ada juga di mana masyarakat untuk memilih untuk berbelanja online," ucapnya.
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.