TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia atau MUI Anwar Abbas turut berduka atas wafatnya mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri, Kwik Kian Gie yang berpulang pada Senin, 28 Juli 2025. Anwar Abbas merasakan kehilangan karena menganggap Kwiek Kian Gie sebagai tokoh suri tauladan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kwik Kian Gie adalah seorang tokoh yang tidak gila jabatan walaupun dia pernah menduduki berbagai jabatan strategis di negeri ini," kata Anwar dalam keterangannya pada Selasa, 29 Juli 2025.
Pada periode 1999-2000 Kwik Kian Gie merupakan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri pada era Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Ia juga dipercaya oleh Presiden ke-5 Megawati Soekarno Putri untuk menjadi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas pada tahun 2001-2004.
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat pada tahun 1999. Adapun Kian Gie mengawali karier profesionalnya sebagai staf di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag pada tahun 1963 hingga 1964.
Bagi Anwar Abbas, Kian Gie adalah sosok negarawan yang menggunakan politik untuk kepentingan bangsa dan negara, alih-alih tujuan pribadi dan kelompok. "Dia adalah seorang nasionalis tulen yang tidak pernah berhenti berpikir dan berbicara dengan kritis terhadap persoalan-persoalan yang sedang dihadapi oleh bangsa dan negaranya," ujar ulama Muhamadiyah tersebut.
Menurut Anwar, Kwik Kian Gie pernah terusik oleh para pejabat yang melakukan korupsi. Semasa menjabat, Anwar menyebut Kwik adalah ekonom yang sering mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat Indonesia.
"Karena banyak sekali dari kebijakan-kebijakan yang mereka buat dan lahirkan tersebut yang tidak sesuai semangat dan jiwanya dengan amanat konstitusi sehingga akhirnya negara dan rakyat sangat banyak dirugikan," tuturnya. Di samping itu, Anwar mengenang Kwik Kian Gie yang sempat terganggu dengan kehadiran pihak asing yang dinilai terlalu ikut campur mempengaruhi kebijakan ekonomi dan politik Indonesia.
Ekonom senior Kwik Kian Gie tutup usia pada Senin malam, 28 Juli 2025. Kabar duka ini dikonfirmasi oleh politikus PDIP Andreas Hugo Pareira. Menurut Andreas, Kwik sudah dirawat beberapa minggu di rumah sakit akibat gangguan pencernaan.
“Pak Kwik Kian Gie, guru bangsa, ekonom senior, politikus yang berintegritas, meninggal dunia pada 28 Juli pukul 22.00 di Rumah Sakit Medistra,” ucap Andreas ketika dikonfirmasi Tempo pada Selasa, 29 Juli 2025.
Eks Menteri Pariwisata Sandiaga Uno juga mengucapkan belasungkawa atas kepergian Kwik Kian Gie. “Selamat jalan, Pak Kwik Kian Gie. Ekonom, pendidik, nasionalis sejati,” tulis Sandiaga Uno melalui akun Instagramnya @sandiuno, dikutip Selasa, 29 Juli 2025.
Kwik Kian Gie lahir di Pati, Jawa Tengah, 11 Januari 1935. Seusai menamatkan pendidikan sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Kwik bertolak ke Belanda untuk menempuh studi di Nederlandse Economise Hogeschool (kini Erasmus University Rotterdam), Rotterdam, Belanda. Setelah lulus, dia sempat bekerja sebagai asisten atase kebudayaan dan penerangan pada Kedutaan Besar RI di Den Haag.