
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) meneken sejumlah kerja sama dengan berbagai pelaku industri pertahanan di Turki, sebagai salah satu langkah ekspansi ke wilayah Timur Tengah hingga Afrika.
Hal tersebut dilakukan saat ajang International Defence Industry Fair (IDEF) 2025. Kolaborasi telah terjalin bersama berbagai pelaku utama industri pertahanan Turki, seperti Turkish Aerospace, Havelsan, Aselsan, dan ELSIS.
Selain itu, kerja sama juga mencakup produksi dan rekayasa pesawat, kolaborasi untuk produksi UAV Anka, program pengembangan simulator, program pesawat AEW&C, pembangunan rantai pasok global untuk komponen dan aerostructure, serta kerja sama lainnya.
Direktur Utama PTDI, Gita Amperiawan, mengatakan peningkatan hubungan bilateral Indonesia-Turki dalam bidang industri pertahanan ini saling melengkapi.
Indonesia memiliki kemampuan rekayasa dan manufaktur pesawat angkut, sedangkan Turki unggul dalam pengembangan sistem dan sensor canggih.
"Kolaborasi dengan berbagai mitra di Turki, termasuk Havelsan, Aselsan dan Turkish Aerospace, kami pandang sebagai langkah maju untuk meningkatkan kapabilitas teknologi dan daya saing industri kedirgantaraan Indonesia secara berkelanjutan di pasar global," jelasnya melalui keterangan resmi, Sabtu (26/7).
PTDI juga menyepakati sejumlah perjanjian kerja sama dengan mitra strategis, yaitu Havelsan, khususnya dalam program pesawat Maritime Patrol Aircraft (MPA) dan Maritime Surveillance Aircraft (MSA), termasuk pekerjaan modernisasi, perakitan dan manufaktur untuk calon pelanggan.
Di samping itu, PTDI dan Havelsan juga menekankan kembali kolaborasi dalam pengembangan simulator pesawat CN235-220, yang berpotensi meningkatkan kompetensi nasional dalam teknologi simulasi dan pelatihan, sekaligus membuka peluang kebutuhan. simulator di pasar global.

Kerja sama PTDI dan Havelsan juga nantinya akan dikembangkan untuk program pesawat AEW&C (Airborne Early Warning & Control) untuk kebutuhan di kedua negara baik Indonesia maupun Turki.
Selain itu, PTDI juga menjalin kesepakatan kerja sama dengan Aselsan untuk mengeksplorasi potensi kolaborasi dalam program keberlanjutan (sustainability program) pesawat CN235 yang sedang berjalan di PTDI.
Kolaborasi ini mencakup berbagai aspek strategis, antara lain dukungan sistem, peluang peningkatan kapabilitas, logistic solutions, hingga kerja sama teknis, yang diharapkan dapat memperkuat keandalan dan umur operasional pesawat CN235 di masa mendatang.
PTDI juga memanfaatkan peluang pengembangan dan produksi bersama jet tempur dengan Turkish Aerospace. Hal ini ditandai dengan penandatanganan kerja sama dalam kerangka Framework Agreement untuk keterlibatan industri nasional dalam pengembangan dan produksi komponen strategis jet tempur dari Turkish Aerospace.
Perusahaan sebelumnya pernah memodifikasi 6 unit pesawat CN235 menjadi Anti-Submarine Warfare (ASW) milik Turkish Navy dan 3 unit pesawat CN235 menjadi Naval Surveillance Aircraft (NSA) milik Turkish Coast Guard pada periode 2003 sampai 2015.
Ekspansi Pasar dan Layanan Purna Jual

Saat ini, kawasan Afrika dan Timur Tengah menjadi salah satu sasaran dalam strategi ekspansi pasar PTDI, seiring dengan proyeksi kebutuhan penggantian pesawat turboprop yang diperkirakan mencapai ratusan unit hingga tahun 2030. Produk-produk unggulan seperti pesawat CN235-220 dan NC212i, serta N219 disiapkan untuk menjawab peluang tersebut.
Posisi geografis Turki yang menghubungkan Asia, Eropa dan Timur Tengah menjadikannya simpul strategis bagi ekspansi PTDI ke negara-negara pengguna pesawat turboprop yang membutuhkan penggantian armada.
Selain menawarkan platform pesawat, PTDI juga menargetkan sektor layanan Maintenance, Repair & Overhaul (MRO) dengan potensi lebih dari 40 unit pesawat militer dan sipil yang memerlukan dukungan perawatan jangka panjang. Hal ini tentunya membuka ruang pertumbuhan bisnis purna jual bernilai tinggi, sekaligus memperpanjang masa operasional alutsista pengguna di kawasan.