
Pemerintah berupaya keras mengentaskan Indonesia dari stunting lewat program Makan Bergizi Gratis (MBG). Kebijakan itu berangkat dari data-data stunting yang disajikan oleh Kementerian Kesehatan.
Survei Kemenkes menunjukkan pada tahun 2023, angka prevalensi stunting mencapai 21,5%. Jumlah itu turun pada 2024 yakni 19.8%. Tapi, jumlah itu harus terus ditekan, mengingat angka pertumbuhan populasi Indonesia yang tinggi.
"Pertumbuhan populasi Indonesia, 6 orang per menit, dan 3 juta per tahun, dan akan mencapai 234 juta pada 2045," kata Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana, dikutip dari situs resmi BGN, Rabu (2/7).
MBG perlu mengintervensi pertumbuhan ini. Tujuannya, agar menghindarkan pertumbuhan penduduk yang akan jadi masa depan Indonesia dari bahaya stunting.
MBG menargetkan 1000 hari pertama kehidupan ibu hamil, menyusui dan balita. serta seluruh anak sekolah (PAUD-SMA) dan keagamaan 82,9 juta atau 1/3 populasi.

Program ini juga tak hanya bertujuan mengentaskan masyarakat dari kelaparan, tapi juga perbaikan gizi.
"Program MBG tidak hanya bertujuan mengatasi kelaparan dan kekurangan gizi saat ini, tetapi juga mendukung peningkatan kesehatan, kecerdasan, dan daya saing generasi mendatang," kata Direktur Promosi dan Edukasi Gizi BGN, Khairul Hidayati.
Sementara pada 5 Mei 2025, penggagas program ini, Presiden Prabowo Subianto memaparkan target yang harus dicapai MBG. Ia berharap, jutaan orang bisa menerima manfaat secara bertahap.
"Hingga saat ini titik demi titik sudah mencapai 1286. Total penerima manfaat telah mencapai 3,4 juta di awal Mei dan diperkirakan akhir Mei akan mencapai 4 Juta. Selanjutnya di akhir Juni akan mencapai 6 Juta dan di akhir Agustus 22 juta penerima manfaat. Sehingga di akhir November 2025 mencapai 82,9 juta penerima manfaat. Program ini dari segi manajemen, fisik adalah upaya yang luar biasa,” Ujar Prabowo.
Prabowo juga menekankan, program ini tak hanya punya tujuan memperbaiki gizi atau mengentaskan kelaparan. Tapi juga mengubah budaya ke arah yang lebih baik.

Prabowo mencontohkan, ketika ia berkunjung ke sekolah-sekolah, ia melihat banyak yang punya kebiasaan makan tak menggunakan sendok melainkan langsung menggunakan tangan. Maka, ia MBG juga perlu menanamkan budaya cuci tangan.
"Bisa diantisipasi dengan sosialisasi terkait mencuci tangan sebelum makan atau dengan penyediaan sendok dalam paket MBG. Kedua, pelaksanaan MBG yang dipengaruhi budaya yaitu yang tidak biasa dengan makanan dari MBG (tidak biasa minum susu sehingga diare yaitu lactose intolerant). On the whole, program MBG merupakan sesuatu yang membanggakan," ucap Prabowo.
Capaian MBG Saat Ini
Pada konferensi pers yang diadakan MBG pada 29 Juni 2025, Juru Bicara BGN Redy Hendra Gunawan, memaparkan capaian program ini.
Hingga akhir Juni, sudah ada 1.860 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tersebar di seluruh Indonesia. SPPG ini telah melayani 5.582.470 penerima manfaat.

"Saat libur sekolah, MBG tetap beroperasi dengan penyesuaian menu agar anak-anak tetap mendapatkan asupan gizi yang optimal. Program ini juga terus diawasi secara aktif oleh BGN guna memastikan efektivitas, efisiensi, dan keberlanjutan implementasinya," kata Redy.
Sementara itu, program ini juga berpotensi menyerap jutaan tenaga kerja di Indonesia.
"Sampai, 22 Juni, BGN telah menyerap tenaga kerja dengan total 72.521 orang. Sampai nanti 32.000 terpenuhi akan ada setidaknya 1,5 juta lapangan pekerjaan dari program ini," tutup Redy.