
Basarnas memperpanjang operasi pencarian korban dan kerangka KMP Tunu Pratama Jaya. Hingga hari ketujuh masih ada 25 korban yang belum ditemukan. Di sisi lain tim SAR telah mendeteksi diduga kerangka kapal nahas tersebut di dasar laut.
Deputi Operasional dan Kesiapsiagaan Basarnas, Laksamana Muda TNI Ribut Eko Suyatno, menyatakan perpanjangan masa pencarian dilakukan demi kemanusiaan.
"Mengingat masih adanya korban yang perlu kita evakuasi, operasi pencarian diperpanjang hingga tiga hari ke depan," ujar Eko saat konferensi pers di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Selasa (8/7).
Sejauh ini tim SAR telah menemukan 40 korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya. Rinciannya, 30 orang ditemukan selamat, sedangkan 10 lainnya meninggal dunia.
Adapun KMP Tunu Pratama Jaya membawa 65 orang dengan rincian 53 penumpang dan 12 kru. Kapal milik PT Raputra Jaya itu diduga tenggelam akibat kebocoran di ruang mesin, lalu berujung terbalik.
Peristiwa nahas itu terjadi saat kapal bertolak dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali, Rabu (2/7) malam. Kapal tenggelam di Selat Bali.
Objek Diduga Kapal Terdeteksi Dekat Kabel Bawah Laut

Selain melakukan pencarian para korban, tim SAR juga mencari keberadaan KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam. Berbagai teknologi canggih seperti magnetometer, multibeam echosounder, side scan sonar, dan ROV (Remotely Operated Vehicle) dikerahkan untuk memastikan objek di bawah laut.
"Untuk pencarian yang dilakukan kapal-kapal di permukaan ke arah selatan, untuk sementara belum membuahkan hasil. Sementara pendeteksian bawah air yang dilakukan oleh KRI Pulau Fanildo dan tim hidrografi mendeteksi beberapa titik referensi yang diduga kerangka kapal," ungkap Eko.
Danguspurla Koarmada II, Laksamana Pertama TNI Endra Hartono, menambahkan, dari tujuh titik referensi yang terdeteksi, tim kini memprioritaskan tiga titik karena terindikasi adanya logam. “Hasil scanning menunjukkan adanya logam di lokasi-lokasi tersebut," jelas Endra.
Ternyata, salah satu objek yang diduga kerangka KMP Tunu Pratama Jaya terdeteksi sekitar 30 meter dari kabel bawah laut yang melintang di Selat Bali.
Saat ini, tim hidrografi masih memproses gambaran tiga dimensi bawah air untuk hasil yang lebih meyakinkan.