
Sebuah bangunan megah yang berdiri tegak seringkali hanya dilihat sebagai hasil akhir, mengabaikan jejak-jejak proses panjang yang melahirkannya. Namun, sebuah pameran di Yogyakarta hadir untuk membongkar narasi itu. "Unbuilt (Yet), Will You?" bukan sekadar pameran arsitektur biasa; ini adalah undangan untuk menyelami realitas di balik layar, tempat ide-ide masih berupa sketsa, model, dan impian yang belum terwujud.
Berlangsung di Awor Gallery & Coffee, Yogyakarta, mulai 14 hingga 27 Juli 2025, pameran ini membahas karya-karya yang justru belum berdiri kokoh. Mulai dari coretan studi awal, detail sketsa tangan, hingga maket-maket yang memvisualisasikan gagasan. Ini adalah jendela langka bagi publik untuk memahami bahwa arsitektur bukan sekadar wujud fisik, melainkan sebuah perjalanan panjang yang melibatkan riset mendalam dan perencanaan yang matang, bahwa arsitektur melibatkan perjalanan panjang menuju bentuk utuh sebuah bangunan.
"Kami membuat sebuah dokumen perencanaan ini dari yang paling awal, mulai dari riset, studi, hingga ukuran-ukuran detail," terang tim komunikasi pameran, Yos, pada Rabu (23/7).
"Misalkan untuk F&B dan komersial, kami harus memahami kebutuhan produk mereka, alur layanan, sampai nanti memvisualisasikan dalam desain. Dan yang terpenting, ketika akan pelaksanaan, kami wajib menemani bagaimana proses dokumen kami ini bisa terlaksana dengan baik. Jadi memang kami biasa mengerjakan proyek itu cukup lama dibanding pelaksana di lapangan,” tambahnya.
Anonimitas untuk Keadilan Ide
Salah satu aspek paling menarik dari pameran ini adalah keputusan untuk menyajikan semua karya secara anonim. Tidak ada nama yang terpampang, tidak ada desainer yang diistimewakan. Pendekatan ini adalah sebuah pernyataan kuat: pengunjung diajak untuk fokus sepenuhnya pada ide dan proses kreatif di balik setiap rancangan, bukan pada popularitas atau nama pembuatnya.
"Kami ingin menciptakan ruang interaktif, di mana sinergi antar desainer, klien menjadi kunci bangunan bisa terwujud," ungkap Yos. "Jadi, pengunjung bisa fokus ke karya dan ide, sebagai tujuan bersama." Spirit ini juga merefleksikan esensi kolaborasi dalam dunia arsitektur, di mana keberhasilan sebuah proyek seringkali lahir dari sinergi berbagai pihak, jauh melampaui kontribusi individu semata.
Lebih dari Sekadar Menggambar
Pameran "Unbuilt (Yet)" juga berupaya meluruskan kesalahpahaman umum tentang peran seorang desainer–perencana. Banyak yang masih menganggap desainer arsitektural hanya sebatas pembuat gambar desain. Padahal, menurut Yos, peran desainer arsitektural jauh lebih kompleks. Mereka adalah pendamping setia klien sepanjang seluruh proses pembangunan, dengan tugas krusial dalam menjaga agar proyek tetap berjalan sesuai rencana dan anggaran.
Yos menambahkan bahwa pekerjaan desainer bersifat sangat personal dan seringkali diawali dengan banyak diskusi awal bersama klien. Ia menekankan bahwa konsultasi pertama tidak harus langsung berujung pada kesepakatan kerja. "Kadang awalnya cuma ngobrol santai saja, belum tentu langsung jadi proyek. Tapi dari situ mereka mulai percaya, terus datang lagi," kenangnya, menggambarkan bagaimana kepercayaan dibangun dari interaksi awal yang tulus.
Arsitektur yang Bisa Disentuh dan Diperbincangkan
Untuk mendekatkan dunia arsitektur kepada publik, pameran ini dirancang dengan interaktivitas tinggi. Semua karya dapat disentuh langsung, memungkinkan pengunjung merasakan tekstur maket atau detail sketsa. Pengunjung juga bisa melihat perjalanan kreatif dari beragam jenis proyek, mulai dari desain rumah tinggal, vila, penginapan, hingga kafe dan concept store.

Sebagai kenang-kenangan, tersedia pula suvenir gratis yang bisa dibawa pulang. Lebih dari itu, pengunjung berkesempatan untuk berbincang langsung dengan para desainer yang hadir di lokasi pada waktu-waktu tertentu.
Tim penyelenggara juga membuka ruang komunikasi melalui kanal Vulcan Experience, yang dapat dihubungi via media sosial, untuk masukan atau pertanyaan lebih lanjut.
"Kami ingin bukan cuma sesama desainer yang paham, tapi orang awam juga mengerti bahwa arsitektur itu bisa dibicarakan bareng-bareng," tutup Yos, menyerukan semangat keterbukaan dan kolaborasi yang menjadi napas pameran ini.