
Sekitar 5 abad yang lalu, Desa Senuro yang terletak di Kabupaten Ogan Ilir adalah desa istimewa sebab di dalamnya hidup seorang perempuan cantik yang ditaksir oleh Sultan Palembang. Putri Pinang Masak adalah julukan dari seorang perempuan cantik bernama Nafisah.
Di dalam desa tersebut, terdapat makam yang di bangun dengan atap berbahan metal, tidak lupa dengan lantai keramik tanda bahwa makam tersebut ialah tempat keramat dan sering dikunjungi orang-orang.
Makan Putri Pinang Masak seringkali dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai macam daerah, dari pulau Sumatera hingga pulau Jawa.
Penjaga Makam Putri Pinang Masak, Daili menjelaskan bahwa Putri Pinang Masak merupakan seorang gadis asal Kota Banten yang hijrah ke Kota Palembang. Kemudian, salah satu Sultan Palembang menyukainya karena parasnya yang cantik.
Sultan Palembang pun ingin menjadikannya selir, namun sang putri tidak bersedia dan akhirnya melarikan diri ke Desa Senuro.
"Karena tidak ingin dijadikan selir oleh Sultan Palembang, Putri tersebut melumuri tubuhnya dengan jantung pisang, sehingga tubuhnya menjadi hitam. Makanya, ia dijuluki sebagai Putri Pinang Masak," kata Daili.
Kemudian, ia juga menambahkan bahwa Putri Pinang Masak di akhir hidupnya bersumpah kepada perempuan di Desa Senuro agar tidak ada lagi perempuan yang memiliki paras cantik selain dirinya. Hal itu dikarenakan sebab ia meyakini perempuan yang cantik hanya membuat diri setiap perempuan sengsara.
"Saya dengar cerita dari ayah saya kalau ia bersumpah bahwa di desa ini tidak ada lagi perempuan cantik. Tapi sekarang sumpah itu terpatahkan," ujarnya saat diwawancarai.
Putri Pinang Masak meninggalkan 3 benda pusaka yang diyakini berdampak positif untuk masyarakat yang datang. Benda tersebut yakni jimat, tikar dan rambut.
"Banyak orang datang untuk meminta minum rendaman jimat ini. Ini biasanya untuk orang-orang yang berniat baik seperti membuka aura, meningkatkan percaya diri dan meminta dilancarkan rezeki," jelasnya.
Makam Putri Pinang Masak ini telah dijaga secara turun temurun oleh keluarga Daili. Ia juga menyebut bahwa ia merupakan generasi ke-4 yang dipercayai untuk menyimpan benda pusaka milik sang putri.