
Grup band Voice of Baceprot (VOB) menjadi salah satu penampil dalam Forestra 2025. Dalam konser musik tersebut, grup musik beranggotakan Firdda Marsya Kurnia (vokal dan gitar), Widi Rahmawati (bassis), dan Euis Siti Aisyah (drum) itu, bakal berkolaborasi dengan Erwin Gutawa.
Band beraliran metal asal Garut itu mengaku sangat senang dan antusias bisa terlibat dalam konser tersebut. Apalagi mereka pernah berkolaborasi dengan Erwin Gutawa sebelumnya.
"Sebenarnya kita sudah pernah dua kali kolaborasi bareng om Erwin, tapi belum pernah kalau di tengah hutan, ini pertama kali," kata Marsya, personel Voice of Baceprot dalam konferensi pers yang digelar di venue konser itu, Orchid Forest Cikole, Lembang, Bandung, Rabu (2/7).

Kendati demikian, Marsya mengaku kalau ia dan dua sahabatnya sempat mengalami ketakutan saat mendapat tawaran buat ikutan manggung di Forestra 2025.
Sebab mereka akan menghadirkan kolaborasi spesial bersama grup Erwin Gutawa Orchestra dengan konsep dan aransemen berbeda.
"Kemarin kita sempat ada ketakutan, jadi kita bertiga ngobrol 'gimana kalau nanti disuruh baca toge-togean (not balok)?' Partitur maksudnya," ucap Marsya lagi.

Marsya, Siti, dan Widi, merasa musikalitasnya lahir secara otodidak. Sehingga mereka tak terbiasa membaca not balok ketika manggung.
Tak hanya itu, tampil di Forestra 2025 juga membuat mereka harus lebih disiplin. Mereka harus lebih konsentrasi lantaran pertunjukan itu melibatkan banyak instrumen.
"Tantangannya harus disiplin sih, karena kami kalau manggung tidak disiplin. Kan alat musik kami cuma tiga nih, sementara orkestra itu banyak," kata Widi.
"Jadi kita harus lebih fokus dan kemudian membiasakan diri lagi pakai earmonitor," tambahnya.
Selain VOB, The SIGIT juga menjadi salah satu penampil. Rekti Yoewono vokalis dan gitaris The SIGIT, juga mengaku antusias bisa dilibatkan.
Apalagi The SIGIT pernah berkolaborasi dengan Erwin Gutawa Orchestra pada 11 tahun silam. Pengalaman tersebut setidaknya bekal untuk The SIGIT tampil di panggung tersebut.
"Secara personal pengalaman yang dulu membuka cakrawala bermusik yang cukup luas buat anak-anak The SIGIT, bisa dibilang ada beberapa lagu yang tercipta karena lewat ospeknya orkestra,"b tuturnya.
Akan tetapi, Rekti harus menyesuaikan kondisi fisik di tengah venue terbuka dalam hutan pegunungan. Dia berharap The SIGIT bisa memberikan yang terbaik.
"Ekspektasinya ya tidak malu-maluin nanti pas tampil, sama mungkin mendapat ilmu lagi ya," lanjut Rekti.
Sementara itu, Erwin Gutawa selaku Music Director Forestra 2025 menjelaskan kolaborasi yang akan dia suguhkan bersama sejumlah musisi dalam acara tersebut.
Kata Erwin jajaran line up yang terlibat akan menyuguhkan penampilan berbeda. Sentuhan orkestra dan latar keindahan alam, hadir untuk menguatkan nuansa dan pesan dalam lagu-lagu para musisi itu sendiri.
"Biasanya orkestra itu menambah nilai-nilai touchy, yang sedih makin sedih, yang semangat makin semangat, alat-alat orkestra kan juga terbuat dari alam seperti kayu, kulit dan lain sebagainya. Nah itu yang akan kita dukung bersama para penampil," kata Erwin.
"Ketika nanti The SIGIT atau Rekti muncul di panggung, dan ada bandnya yang akan membawakan lagunya, itu suasana alam akan menambah velue," tambahnya.
Forestra 2025 akan digelar di Orchid Forest Cikole, Lembang, Bandung pada 30 Agustus mendatang. Konser musik dengan latar belakang hutan itu melibatkan sejumlah musisi Tanah Air.
Beberapa dari mereka akan berkolaborasi dengan Erwin Gutawa Orchestra. Di antaranya adalah Reza Artamevia, Sal Priadi, Bernadya, The SIGIT, Voice of Baceprot, Ensemble Tikoro, Raja Kirik.
Selain itu, Forestra 2025 juga akan dimeriahkan oleh penampilan tunggal dari Iksan Skuter, The Panturas, dan Oomleo Berkaraoke.