Jakarta (ANTARA) - Indonesia memandang pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin yang akan berlangsung pekan ini mesti disambut apabila bertujuan untuk mewujudkan perdamaian, khususnya di Ukraina.
“Sepanjang mereka mencapai solusi damai, tentu saja Indonesia akan senang,” kata Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Philips Vermonte ditemui di sela-sela bincang diplomasi bersama Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI di Jakarta, Rabu.
Menurut Philips, merebaknya konflik di berbagai titik di dunia, seperti di Palestina dan Ukraina, merupakan tantangan besar bagi komunitas global, serta konflik tersebut pun terasa dampaknya ke Indonesia.
Karena itu, ia meyakini apabila konflik antara Rusia dan Ukraina berakhir, kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan Rusia maupun Ukraina akan semakin kuat, mengingat tidak ada lagi halangan perdagangan akibat peperangan antara keduanya.
“Segala solusi mencapai perdamaian adalah kawan kita,” kata Philips, sembari menegaskan tekad Presiden RI Prabowo Subianto untuk menjalin persahabatan dengan semua bangsa, asalkan sesuai dengan kepentingan nasional.
Pekan lalu, Gedung Putih dan Kremlin sama-sama mengkonfirmasi bahwa Presiden Trump dan Presiden Putin akan bertemu di Alaska pada 15 Agustus 2025.
Menurut ajudan kepresidenan Rusia Yury Ushakov, Duta Khusus Presiden AS Steve Witkoff sempat mengusulkan pertemuan tiga pihak antara Putin, Trump, dan Zelenskyy saat berkunjung ke Rusia.
Namun, usulan Witkoff saat itu tidak ditanggapi pihak Rusia yang justru menyarankan supaya usaha kali ini difokuskan pada pertemuan bilateral.
Kemudian, Presiden Putin menyampaikan bahwa kemungkinan pertemuan dengan Presiden Zelenskyy masih terbuka, tetapi ia menekankan syarat-syarat supaya pertemuan dapat dilaksanakan harus dipenuhi lebih dahulu. Ia menganggap bahwa kondisi saat ini masih sangat belum terpenuhi.
Sementara itu, menjelang pertemuan antara pemimpin Rusia dan AS, Zelenskyy menegaskan bahwa ia tidak akan menyerahkan wilayah Ukraina kepada Rusia. Ia pun menegaskan bahwa keputusan apapun terkait Ukraina yang diambil dalam pertemuan tersebut harus melibatkan pihaknya.
Baca juga: Trump-Putin di Alaska, berujung perdamaian historis atau "folly" baru?
Baca juga: Zelenskyy ancam tidak akui hasil pertemuan Putin-Trump di Alaska
Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.