Sydney (ANTARA) - Sebuah studi internasional yang melibatkan sejumlah peneliti Australia mengaitkan perubahan dalam fenomena El Nino dengan hilangnya keanekaragaman hayati yang signifikan pada artropoda hutan tropis, termasuk kupu-kupu, kumbang, dan laba-laba.
Artropoda, yang merupakan mayoritas spesies hewan, memainkan peran penting dalam ekosistem seperti penguraian bahan organik, pemakan daun hidup, dan penyerbukan, serta menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar, menurut pernyataan yang dirilis pada Kamis (7/8) oleh Universitas Griffith, Australia.
Dengan menganalisis data dari 80 lebih studi hutan tropis yang belum tersentuh manusia, peneliti dari Universitas Griffith dan Universitas Hong Kong di China menemukan hilangnya keanekaragaman hayati artropoda dalam jumlah signifikan, yang disertai dengan menurunnya konsumsi daun hidup dan ketidakstabilan dalam penguraian daun mati.
Studi tersebut menyatakan bahwa perubahan jangka panjang pada siklus Osilasi Selatan El Nino (El Nino Southern Oscillation/ENSO), dengan peristiwa El Nino panas dan kering yang lebih sering dan intens akibat perubahan iklim, mengganggu keseimbangan alami antara fase El Nino dan La Nina dalam siklus tersebut, sehingga menyebabkan penurunan populasi artropoda dan peran ekologisnya.
Spesies yang tumbuh subur dalam kondisi La Nina, yang sering kali lebih dingin dan basah, menjadi yang paling terdampak, menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature.
Studi ini tidak menyertakan ancaman manusia seperti hilangnya habitat, pestisida, dan polusi di hutan-hutan yang belum tersentuh tersebut, dan mengidentifikasi perubahan ENSO yang dipicu oleh iklim sebagai penyebab utama hilangnya artropoda.
"Pesan penting untuk Australia adalah perlunya memantau keanekaragaman hayati di hutan hujan kita," kata salah satu penulis studi itu, Roger Kitching dari Universitas Griffith.
Penelitian ini terus dilakukan di situs-situs hutan di Hong Kong di China Daratan, Australia, dan Malaysia untuk mengeksplorasi lebih jauh tren yang mengkhawatirkan ini.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.