Liputan6.com, Jakarta Arsenal harus menelan pil pahit di akhir tur pramusim Asia mereka usai tumbang 0-1 dari Tottenham Hotspur di Hong Kong, Kamis (31/7) malam WIB. Kekalahan ini menjadi evaluasi penting bagi Mikel Arteta sebelum mengarungi musim baru 2025/2026.
Derby London Utara kali ini memang hanya bertajuk uji coba, tetapi atmosfer dan gengsi tetap terasa. Buktinya, kedua tim tampil dengan komposisi pemain terbaik dan tempo tinggi sejak menit awal.
Gol jarak jauh Pape Matar Sarr menjadi satu-satunya pembeda dalam laga bertempo sedang tersebut. Arsenal tampil cukup dominan dari segi penguasaan bola, tetapi kembali menunjukkan kelemahan klasik: kurang efektif di depan gawang.
Tak hanya soal hasil, laga ini juga menyisakan beberapa pelajaran penting bagi Arsenal, baik dari aspek taktik, kedalaman skuad, hingga kesiapan fisik pemain. Berikut ini lima poin yang bisa dipetik The Gunners dari kekalahan kontra Tottenham.
Masalah Ketajaman Masih Menghantui
Statistik tidak pernah berbohong. Arsenal mencatatkan 15 tembakan, namun hanya satu yang mengarah ke gawang. Ini memperjelas persoalan lama yang belum terselesaikan: efektivitas di lini depan.
Kai Havertz kembali gagal mencetak gol dalam skema sebagai false nine, sementara Gabriel Martinelli tak cukup tajam untuk memanfaatkan peluang.
Masuknya Viktor Gyokeres di menit-menit akhir tak banyak memberi perubahan. Arteta jelas harus mempercepat proses adaptasi striker anyar ini agar mampu menjadi jawaban dari tumpulnya serangan.
Dalam pertandingan yang ketat seperti derbi, satu peluang bisa jadi pembeda dan Arsenal tidak bisa terus menyia-nyiakannya.
Minimnya Integrasi Pemain Baru
Christian Norgaard menjadi satu-satunya pemain anyar yang tampil sejak menit awal. Sementara itu, Viktor Gyokeres, Martin Zubimendi, dan Cristhian Mosquera baru masuk saat laga tersisa kurang dari 15 menit.
Minimnya waktu bermain membuat sulit menilai sejauh mana pemain-pemain baru ini mampu beradaptasi dengan gaya main Arteta.
Namun, keputusan Arteta untuk menahan para debutan ini juga bisa dimaklumi. Jadwal padat dan potensi cedera membuat ia tampak bermain aman.
Tapi untuk menyambut musim baru, Arsenal butuh lebih dari sekadar kehati-hatian. Koneksi antarpemain harus dibangun dari sekarang agar ritme permainan tidak terputus saat kompetisi resmi dimulai.
Kekhawatiran Cedera Mulai Mengintai
Myles Lewis-Skelly sempat membuat jantung suporter Arsenal berdebar saat harus mendapat perawatan di lapangan. Untungnya, sang gelandang muda bisa melanjutkan pertandingan.
Namun insiden itu memperjelas bahwa risiko cedera tetap mengintai, bahkan dalam laga pramusim yang intensitasnya tidak setinggi laga kompetitif.
Viktor Gyokeres juga tidak langsung dimainkan sejak awal karena pertimbangan kebugaran. Sementara Kepa Arrizabalaga, yang ikut dalam tur, sama sekali tidak masuk skuad pertandingan.
Arteta sepertinya belum mau mengambil risiko, tetapi jika kondisi fisik para pemain tidak segera prima, Arsenal bisa kehilangan momentum saat awal musim.
Arsenal Harus Menjaga Bukayo Saka
Ini bukan penampilan terbaik bagi pemain internasional Inggris, akan tetapi tidak diragukan lagi Bukayo Saka akan tetap menjadi pemain vital bagi Arsenal. Dia tetap jadi tumpuan utama di lini serang.
Saka berkali-kali dijatuhkan pemain Tottenham seperti Rodrigo Bentancur dan Djed Spence saat ia berusaha menerobos sisi kanan.
Saka sangat rentan dilanggar. Arteta harus mencari cara agar sang winger tidak terus menjadi sasaran tekel keras lawan. Rotasi atau manajemen menit bermain bisa menjadi solusi agar performa Saka tetap terjaga sepanjang musim.
Sumber: The Mirror